Masjid Jami’ Nurul Iman Pulau Buluh, Batam
MASJID ini diperkirakan sudah berdiri sejak 1872 Masehi di pulau Buluh, Batam. Hanya terpaut selisih 30 tahun saja dari Masjid Sultan di Pulau Penyengat yang dibangun pada tahun 1842 Masehi.
Awalnya Masjid Jami’ Nurul Iman ini digunakan oleh Sultan Penyengat sebagai tempat beribadah dan peristirahatan saat singgah di pulau Buluh, jika ingin berkunjung ke pulau Temasek (Singapura, pen).
Konstruksi awal dari masjid ini sudah tidak kelihatan karena sudah mengalami beberapa kali pemugaran. Yang menjadi penandanya adalah dua buah tiang utama di sisi belakang masjid yang diyakini merupakan bagian dari bangunan awal masjid ini. Ada keunikan pada dua kubah yang ada di masjid ini karena sepintas mirip dengan Mesjid Sultan Riau Pulau Penyengat (1832 M).
Ada makam tua yang dikeramatkan di sini. Warga menyebutnya sebagai makam keramat Puding, terletak di halaman masjid. Tidak terdapat tulisan apapun untuk mengetahui siapa penghuni makam.
Namun menurut cerita warga sekitar, makam tersebut adalah makam putri salah satu Kerajaan Bintan yang jatuh sakit saat melewati Pulau Buluh. Nama puding sendiri diambil dari pohon yang tumbuh besar di situs pemakaman tersebut sewaktu dikebumikan.
Masjid Jami Nurul Iman di pulau Buluh ini sudah dimasukkan sebagai salah satu dari dua belas objek Pemajuan Kebudayaan Melayu yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pemajuan Kebudayaan Melayu di kota Batam.
(sus)